Ngentotin Mama Mertua Yang Kesepian - Pesona Kecantikan Ibu Mertuaku Berita
tentang rencana acara peringatan tiga tahun meninggalnya almarhum ayah mertuaku
yang disampaikan Rosyid saudara istriku dari kampung, tidak terlalu
mengejutkan. Karena aku dan istriku Marni telah memperhitungkan sebelumnya
hingga sudah menyiapkan anggaran untuk keperluan kegiatan itu guna membantu ibu
mertuaku. Namun yang membuatku terkejut, sebelum pulang Rosyid menyeretku dan
berbisik memberitahu bahwa di kampung belakangan santer beredar isu bahwa ibu
mertuaku ada main dengan Barnas, tukang ojek warga setempat.
“Saya kira Barnas hanya mengincar duitnya Bude Amah (nama
ibu mertuaku Salamah). Bude kan sudah tua, masa sih Kang Barnas mau kalau nggak
ngincar uangnya,” kata Rosyid, saat aku mengantar dia keluar rumah dan tidak
ada Marni di dekat kami. Menurut Rosyid, ia menyampaikan itu agar aku jangan
kaget jika mendengarnya. Juga diharapkan dapat mengingatkan ibu mertuaku.
Karena menurut Rosyid, warga kampung sudah geregetan dan berniat menggerebeknya
kalau sampai ketahuan. “Terima kasih informasinya Sid. Saya akan mencoba
mengingatkan ibu kalau ada saat yang tepat.
Saya nanti pulang sendiri ke kampung karena kehamilan
Marni sudah hampir memasuki bulan ke sembilan,” ujarku sebelum Rosyid pergi
dengan sepeda motornya. Kabar perselingkuhan ibu mertuaku dengan tukang ojek
itulah yang membuatku banyak termenung dalam bus yang membawaku dari Jakarta
menuju ke desa di sebuah kabupaten di Jawa Tengah. Seperti halnya Rosyid, aku
juga tidak habis pikir kenapa ibu mertuaku sampai terlibat selingkuh dengan
Barnas. Sebagai bekas istri Sekdes dan tergolong orang berada di kampungnya,
ibu mertuaku termasuk pandai merawat diri di samping tergolong lumayan
cantik.Maka meskipun usianya telah 52 tahun, masih nampak sisa-sisa
kecantikannya.
Wanita berkulit bersih itu juga bisa
dibilang masih menyimpan pesona untuk membangkitkan hasrat lelaki. Jadi tidak
benar anggapan Rosyid bahwa ibu mertuaku tidak menarik lagi bagi laki-laki.
Bagian pantat dan busungan buah dadanya memang masih menantang. Aku tahu itu
karena ibu mertuaku sering hanya mengenakan kutang dan menutup tubuhnya dengan
balutan kain panjang saat di dalam rumah. Bagian dari tubuh ibu mertuaku yang
sudah kurang menarik hanya pada bagian perutnya. Seperti kebanyakan wanita
seusia dia, perutnya sudah tidak rata. Juga lipatan yang sudah mulai muncul di
bagian leher dan kelopak matanya. Namun untuk bagian tubuh yang lainnya,
sungguh masih mampu membuat jakunku turun naik. Kakinya yang panjang, betisnya
masih membentuk bulir padi dengan paha yang mulus dan membulat kekar.
Dadanya juga sangat montok. download bokep gratis Entah kalau soal masih kenyal dan tidaknya. Aku sendiri suka ngiler karena tetek istriku tak sebesar punya ibunya itu di samping kulit istriku tak secerah kulit ibunya. Pernah ketika ibu berkunjung dan menginap beberapa lama di rumahku, aku nyaris gelap mata. Saat itu Marni istriku baru melahirkan anak pertamanya. Ibu sengaja datang dan tinggal cukup lama untuk menggantikan peran Marni mengurus dapur. Saat tinggal di rumahku, kebiasaan ibu mertuaku di desa yang hanya mengenakan kutang dan membalut tubuh bagian bawah dengan kain panjang saat di rumah, tetap dilakukannya. Alasannya, Jakarta sangat panas hingga ia merasa lebih nyaman berbusana ala Tarzan seperti itu. Sebenarnya tidak ada masalah, karena ibu mertuaku hanya berpakaian seperti itu saat ada di dalam rumah.
Namun khusus bagiku saat itu jadi terasa menyiksa. Betapa
tidak, sementara harus berpuasa syahwat karena istri yang tidak bisa melayani
selama 40 hari setelah melahirkan sementara setiap saat aku seolah disodori
pemandangan menggiurkan penampilan ibu mertuaku. Apalgi ibu mertuaku tanpa
merasa risi sering berpakaian setengah telanjang memperlihatkan bagian-bagian
tubuhnya yang masih merangsang di hadapanku. Bahkan kutang yang dipakainya
kerap tampak kekecilan hingga susunya yang besar tidak bisa muat sepenuhnya
terbungkus kutang yang dipakainya. Aku jadi tersiksa, terpanggang oleh nafsu
yang tak tersalurkan. Aku bahkan pernah gelap mata dan nyaris nekad. Malam itu,
saat hendak buang air kecil ke kamar mandi, aku sempat berpapasan dengan ibu
mertuaku yang juga baru dari kamar mandi. Namun yang membuat mataku melotot, ia
keluar dari kamar mandi nyaris bugil. Hanya mengenakan BH, sementara kain
panjang yang biasa dipakainya belum dilitkan di tubuhnya.
Mungkin ia mengira semua orang sudah tidur. Bahkan dengan
santainya, sambil jalan digunakannya kain panjang itu untuk mengelap bagian
bawah tubuhnya yang basah. Terutama di selangkangannya untuk mengelap memeknya
yang baru tersiram air. “Ee..ee.. kamu belum tidur Win?,” katanya tergagap
ketika menyadari kehadiranku. “Be.. be.. belum Bu. Saya mau ke kamar mandi
dulu,” ujarku sambil memelototi tubuh telanjangnya itu. Ia jadi tersipu ketika
merasa sorot mata menantunya terarah ke selangkangannya. Ia berusaha dengan
susah-payah melilitkan kain panjangnya untuk menutupi bagian tubuhnya itu. Lalu
bergegas menuju ke kamarnya. Namun sebelum masuk ke kamar ia sempat berpaling
dan melempar senyum padaku. Senyum yang sangat sulit kuartikan. Jadilah malam
itu menjadi malam yang sangat menyiksa. Sebab kendati sepintas aku sempat
melihat kemulusan pahanya serta memeknya yang berjembut lebat serta pinggul dan
pantatnya yang besar.
Akibatnya kejantananku yang sudah hampir setengah bulan
tak mendapatkan penyaluran langsung berdiri mengacung dan tak mau ditidurkan.
Kalau tidak menimbang bahwa dia adalah ibu dari wanita yang kini menjadi
istriku dan nenek dari anakku, rasanya aku nyaris nekad mengetuk pintu
kamarnya. Sebab dari senyumnya sepertinya ia memberi peluang. Dan aku sangat
yakin di usianya yang telah 52 tahun ia masih memiliki hasrat untuk disentuh
laki-laki. Untuk meredakan ketegangan yang sudah naik ke ubun-ubun, malam itu
aku menyalurkan sendiri hasrat seksualku dengan beronani. Aku mengocok di kamar
mandi sambil membayangkan nikmatnya meremasi tetek besar ibu mertuaku serta
menancapkan kontolku ke lubang memeknya yang berbulu sangat lebat. Cerita soal
ibu mertuaku yang terlibat perselingkuhan dengan tukang ojek, ternyata bukan
isapan jempol.
Itu kutahu setelah sampai di kampungku. Aku
mendapatkan kepastian itu dari Ridwan, temanku yang menjadi guru di salah satu
SD di kampungku. Aku memang sempat mampir ke rumahnya sebelum ke rumah ibu
mertuaku. “Kalau mungkin setelah acara peringatan almarhum ayah mertuamu,
sebaiknya Bu Amah kamu ajak saja ke Jakarta Win. Jadi tidak menjadi aib
keluarga. Soalnya orang-orang sudah mulai menggunjingkan,” kata dia saat aku
berpamitan. Kuakui saran Ridwan memang sangat tepat. Tetapi kalau ibu mertuaku
menolak, rasanya sulit juga untuk memaksanya. Untuk berterus terang bahwa sudah
banyak warga kampung yang tahu bahwa ibu mertuaku berselingkuh dengan Barnas
dan warga berniat menggerebeknya, ah rasanya sangat tidak pantas mengingat
kedudukanku sebagai menantu. Setelah berpikir keras dalam perjalanan ke rumah
ibu mertuaku, kutemukan sebuah solusi. Bahkan ketika aku mulai memikirkan
langkah-langkah yang akan kulakukan, tak terasa batang penisku jadi menegang.
Hingga aku segera bergegas agar segera sampai ke rumah dan
tidak kemalaman. Aku takut ibu mertuaku sudah tidur dan tidak bisa menjalankan
siasatku. Ternyata ibu mertuaku belum tidur dan ia sendiri yang membukakan saat
aku mengetuk pintu. Seperti biasa setelah kucium tangannya, ibu langsung
memelukku. Namun berbeda dari biasanya, pelukan ibu mertuaku yang biasanya
kusambut biasa-biasa saja tanpa perasaan kali ini sangat kunikmati. Bahkan
kudekap erat hingga tubuhnya benar-benar merapat ke tubuhku. Seperti biasa ia
hanya memakai kutang dan melilitkan kain panjang di pinggangnya. Saat kupeluk
buah dadanya terasa menekan lembut ke dadaku. Teteknya yang besar masih lumayan
kenyal, begitu aku membathin sambil tetap memeluknya. Bahkan dengan sengaja aku
sempat mengusap-usap punggungnya dan mukaku sengaja kudekatkan hingga pipiku
dan pipinya saling menempel.
Tidak hanya itu, aku yang memang punya rencana tersendiri,
sengaja mencoba memancing reaksinya. Puas merabai kehalusan kulit punggungnya,
tanganku meliar turun. Ke pinggangnya dan terus ke bokongnya yang terbalut
lilitan kain panjang. Tampaknya ibu mertuaku tidak memakai celana dalam. Karena
tidak kurasakan adanya pakaian dalam yang dikenakan. Namun yang membuatku makin
terangsang, pantat besar ibu mertuaku ternyata masih cukup liat dan padat. Ah,
pantas saja Barnas mau menjadi pasangan selingkuhnya. Rupanya Barnas punya
selera yang bagus juga pada tubuh perempuan, pikirku kembali membathin. Entah
tidak menyadari atau menikmati yang tengah kulakukan, ibu mertuaku tidak
memprotes saat tanganku mulai meremasi bongkahan pantatnya. Namun setelah
beberapa lama akhirnya ia bereaksi. “Uu… udah Win nggak enak kalau ketahuan si
mbok. Ia belum tidur, masih bersih-bersih di dapur,” ujarnya. “I.ii.. iya Bu.
Maaf saya kangen banget sama ibu,” “Marni dan Rafi nggak
ikut Win?,” kata ibu mertuaku. Kukatakan padanya kehamilan Marni sudah masuk ke
hitungan sembilan bulan dan Rafi sering rewel kalau berpergian jauh tanpa
ibunya jadi mereka tidak ikut pulang. “Ohh… ya nggak apa-apa. Manto (adik
istriku) juga katanya tidak bisa datang. Dia cuma kirim wesel,” ujarnya lagi.
Oleh ibu aku diantar ke kamar yang biasa kupakai bersama Marni saat pulang
kampung. Namun saat ia menyuruhku mandi, kukatakan bahwa tubuhku agak meriang.
“Oh.. biar si mbok ibu suruh merebus air untuk kamu mandi biar seger. Sudah
kamu tiduran saja dulu. Kalau mau nanti ibu pijitin dan dibalur dengan minyak
dan bawang merah ditambah balsem gosok setelah mandi biar hilang masuk
anginnya,” katanya sambil bergegas keluar dari kamar. Saat ia melangkah pergi,
kupandangi goyangan pantat besarnya yang tercetak oleh lilitan kain panjang
yang dipakainya. Cersex Dengan Mertua Pesona
Pantat yang masih padat dan liat. nonton bokep online Perutnya memang mulai sedikit membuncit. Maklum karena usianya sudah tidak muda lagi. Namun dengan posturnya yang tinggi besar kekurangannya di bagian perut itu dapat tertutupi. Melihatnya gairahku makin tak tertahan. Usai mandi dan makan malam, aku pamit pada ibu mertuaku untuk masuk kamar. Tetapi sambil jalan aku kembali berpura-pura seperti orang yang tengah tidak enak badan. Maksudku untuk mengingatkan ibu mertuaku perihal tawarannya untuk memijiti tubuhku. Dan benar saja, melihat aku memegangi kepalaku yang sebenarnya tidak pusing dia langsung tanggap. “Oh ya mbok, tolong ambilkan minyak goreng, bawang merah dan balsem untuk memijit Nak Win. Sesudah itu si mbok tidur saja istirahat karena besok harus siap-siap masak,” perintah ibu mertuaku pada Mbok Dar, pembantu yang sudah lama ikut keluarga istriku.
Tidak lebih dari lima menit, ibu mertua
menyusulku masuk kamar membawa piring kecil berisi minyak goreng, irisan bawang
merah dan uang logam serta balsem gosok. “Katanya mau dipijit. Ayo buka kaos
dan sarungnya. Kalau dibiarkan bisa tambah parah masuk anginnya,” ujarnya
setelah duduk di tepian ranjang tempat aku tiduran. Saat itu aku hanya memakai
celana dalam tipis di balik sarung yang kupakai. Maka setelah sarung dan kaos
kulepas, seperti halnya ibu mertuaku yang hanya memakai kutang dan membalut
tubuh dengan kain panjang, tinggal celana dalam tipis yang masih melekat di
tubuhku. Sepintas kulihat mata ibu mertuaku menatapi tonjolan yang tercetak di
celana dalamku. Sejak memeluk dan meremas pantat ibu mertuaku serta merasakan
busungan buah dadanya menempel di dadaku, penisku memang mulai bangkit. Kuyakin
batang kontolku itulah yang tengah menjadi perhatiannya. Boleh jadi ia
mengagumi batang kontolku yang memang ukurannya tergolong panjang dan kekar.
Cersex Dengan Mertua Pesona
Atau tengah membandingkan dengan milik Barnas? Kembali aku
membatin. Ia memang tidak menatapi secara langsung ke selangknganku. Tetapi
sambil mencampurkan bawang merah, minyak dan balsem di piring untuk dibalurkan
di tubuhku sebelum dipijat, sesekali ia mencuri pandang. Aku makin yakin bahwa
gairahnya dalam urusan ranjang memang masih belum padam. Dan karena lirikan
mata ibu yang sering tertuju ke selangkanganku itulah aku menjadi makin berani
melaksanakan siasat yang telah kurencanakan. “Bu sebenarnya saya nggak meriang.
Saya hanya ingin ngoborol berdua dengan ibu karena kangen dan ada yang ingin
disampaikan,” ujarku akhirnya. Ibu mertuaku tampak kaget. Ia yang tadinya
hendak membalurkan campuran balsem, minyak kelapa dan bawang merah ke dadaku
diurungkannya dan menatapku penuh tanda tanya.
Bahkan terlihat makin panik ketika kukatakan bahwa yang
ingin kuketahui adalah soal hubungannya dengan Barnas, pria yang berprofesi
sebagai pengojek termasuk soal kegeraman masyarakat yang ingin menangkap basah
ibu dan selingkuhannya itu. Takut piring kecil berisi ramuan untuk urut yang
dipegangnya tumpah karena kekagetannya, segera kuambil alih. Sambil bangkit
dari tidur, kuugenggam tangan ibu mertuaku setelah piringnya kutaruh di meja
kecil dekat tempat tidur. “Ibu ceritakan saja sejujurnya pada saya biar nanti
kalau sampai Marni tahu saya bisa membantu menjelaskan dan memberinya pengertian,”
kataku. “Jangan Win, tolong jangan. Jangan sampai Mirna tahu soal ini. Dia
belum tahu kan?” Ibu mertuaku menghiba. Ia tampak makin panik. “Belum Bu. Hanya
saya yang tahu dari orang-orang. Makanya ibu ceritakan saja semuanya. Ibu
benar-benar serius hubungannya dengan Barnas?” Setelah kudesak dan kuyakinkan
bahwa aku tidak akan menceritakannya pada Marni, ia akhirnya bercerita.
Menurutnya, ia sampai berhubungan dengan Barnas karena
iseng dan kesepian. Setelah mencobanya sekali, menurut pengakuan ibu mertuaku,
sebenarnya ia tidak berniat mengulangnya lagi. Takut menjadi gunjingan
masyarakat. Tetapi di setiap kesempatan Barnas sering datang dan mendesak.
Bahkan mengancam akan menceritakan kepada orang-orang bila ibu mertuaku tidak
melayaninya. Hingga sudah tiga kali terpaksa ibu mertuaku melayani Barnas.
“Setelah bapaknya Marni tidak ada ibu sering kesepian Win. Sampai akhirnya ibu
khilaf,” ujarnya. “Kalau dengan Pak Lurah, hubungannya sejauh mana Bu,” Aku
mempertanyakan itu karena selain dengan Barnas ada pula kabar miring yang
kudengar dari teman di kampung, Pak Lurah juga sering bertandang ke rumah ibu
mertuaku. Namun kabar miring itu ditepisnya tegas-tegas oleh ibu mertuaku. Ia
mengakui beberapa kali Pak Lurah datang ke rumah. Bahkan pernah mengajaknya untuk
menikah siri atau menikah tidak resmi. Cersex Dengan Mertua Pesona
Tetapi menurut ibu mertuaku, ia dengan tegas telah
menolaknya hingga akhirnya tidak pernah datang lagi. “Ibu memang cantik dan
sexy sih. Saya saja suka nggak tahan kalau melihat ibu,” kataku mencoba
memancing. “Huussh.. ngomong apa kamu Win. Ibu kan sudah tua,” “Eeh bener lho
Bu. Ingat nggak waktu saya memergoki ibu malam-malam keluar dari kamar mandi
dan sempat melihat i.. itunya Ibu?” Kuceritakan pada ibu mertuaku bahwa saat
itu aku benar-benar sangat terangsang. Bahkan nyaris nekad menyusul ibu ke
kamar. Namun karena takut ibu menolak, akhirnya kuurungan. Hanya di kamar,
sampai pagi aku tidak bisa tidur karena hasrat yang tak terlampiaskan. Ibu
tersenyum mendengar ceritaku. Menurutnya, saat itu ia memiliki perasaan serupa
karena gairahnya juga lagi tinggi. “Kalau saat itu kamu nekad masuk kemar pasti
kejadian deh,” ungkapnya. Pengakuannya itu mendorongku bertindak nekad.
Kulingkarkan tanganku ke pundaknya dan kukecup lembut pipi ibu mertuaku.
Ia agak kaget dengan tindakan nekadku itu namun tidak
berusaha menolak. “Kalau begitu sekarang saja ya Bu. Saya pengin banget,’
kataku berbisik di telinganya. “Ta.. ta.. tapi Win,” Tetapi ibu mertuaku tidak
bisa melanjutkan kata-katanya karena mulutnya langsung kusumbat dan kulumat
dengan mulutku. Ia sempat gelagapan. Namun ia yang awalnya hanya diam atas
serangan mendadak yang kulancarkan, akhirnya memberi perlawanan saat lidahku
mulai kujulurkan menyapu di seputar rongga mulutnya. Ia juga ikut melumat dan
menghisap bibirku. Sambil terus melumat bibirnya, aku makin berani untuk
bertindak lebih jauh. Kuremas teteknya yang masih terbungkus BH warna hitam.
Namun karena kurang puas, tanganku merogoh untuk meremas langsung gunung
kembarnya. Payudaranya ternyata sudah agak kendur. Hanya ukurannya benar-benar
mantap. Bahkan lebih besar dibanding susu Marni meski dia sedang mengandung.
Putingnya juga besar dan menonjol.
Aku jadi makin gemas untuk terus meremas dan
memain-mainkan pentil-pentilnya. Ibu mertuaku menggelinjang dan mendesah.
Bahkan tanpa kuminta dilepaskannya pengait pada BH yang dipakainya hingga
penutup buah dadanya terlepas. Aku jadi makin leluasa untuk terus meremasi
teteknya. “Tetek ibu udah kendor ya Win?” kata ibu mertuaku lirih. “Ah nggak. Tetek
ibu besar dan mantep. Saya sangat suka tetek ibu. Ngegemesin banget,” “Punya
Marni juga besar kan?” “Tapi masih kalah besar di banding punya ibu ini,”
kataku sambil meremas gemas dan membuat ibu mertuaku memekik tertahan. Mertuaku
yang semula pasif menyandar ke tubuhku sambil menikmati belaian dan remasan
tanganku di teteknya, kian terbangkitkan hasratnya. Tangannya mulai menjalar
dan menyentuh kontolku. Mengelus dan meraba meski masih dari luar celana dalam
yang kupakai. Mungkin ia sudah kebelet ingin menggenggam dan melihat penisku.
Aku membantunya dengan memelorotkan celana dalamku. Cersex Dengan Mertua Pesona
Benar saja, setelah terlepas ibu mertuaku langsung meraih
batang zakarku. Mengelus kepala penisnya yang membonggol dan mengocok-ngocoknya
perlahan batangnya. Tampaknya dia benar-benar ahli untuk urusan memanjakan
pria. Bahkan biji-biji pelir kontolku diusap-usapnya perlahan. Sambil menikmati
kocokannya, kulepas lilitan kain panjang yang membungkus tubuh ibu mertuaku.
Tidak terlalu sulit karena ia hanya melilitkan dan menggulungkannya di atas
pusarnya. Sekali tarik langsung terlepas. Dugaanku tidak keliru. Ia tidak
memakai celana dalam di balik kain panjang yang dipakainya. Wow memeknya
terlihat sangat membukit di antara kedua pangkal pahanya. Aku yang sudah dua
bulan puasa karena perut Marni yang makin membesar akibat kehamilannya menjadi
tidak sabar untuk segera menyentuhnya. KUbaringkan tubuh ibu mertuaku lalu aku
mengambil posisi berbaring dengan arah berlawanan. Cersex Dengan Mertua Pesona
Maksudnya agar aku bisa leluasa menjangkau memeknya dan
ibu tetap bisa bermain-main dengan kontolku. Bukan cuma tetek Marni yang kalah
besar dengan milik ibunya. Dari segi ukuran dan ketebalannya, memek mertuaku
juga lebih unggul. Mantap dan menawarkan kehangatan yang menantang untuk
direguk. Aku langsung mengecup dan mencerucupi inchi demi inchi organ vital
milik ibu mertuaku. Menjilatinya mulai lipatan bagian dalam pahanya hingga ke
bagian yang membukit dan ke celahnya yang hangat dan sudah mulai basah. Ibu tak
mau kalah. Kurasakan biji-biji pelirku dijilati dan dicerucupi serta
dikulumnya. Tubuhku mengejang menahan kenikmatan yang tengah diberikan ibu
mertuaku. Meski harus setengah dipaksa, Marni memang sering mengulum penisku
sebelum bersetubuh. Namun yang dilakukan ibu mertuaku dengan mulutnya pada
penisku sangat menggetarkan. Kalau terlalu lama pertahananku bisa jebol dan KO
sebelum dapat memberi kepuasan kepada ibu mertuaku.
Aku tidak mau ibu mertuaku menyangsikan kejantananku.
Apalagi di perselingkuhan pertama kami. Untuk mengimbangi permainannya, lidahku
kubenamkan dalam-dalam di lubang memeknya dan mulai mencongkel-congkel itilnya.
Tubuh ibu mertuaku tergetar ketika ujung kelentitnya kukulum dan kuhisap-hisap
dengan mulutku. Kudengar ia mulai mengerang tertahan. Ia membuka lebar-lebar
pahanya dan menghentikan jilatan serta kulumannya pada kontolku. Rupanya ibu
mulai menikmati permainan mulutku di liang sanggamanya. Itilnya makin menyembul
keluar akibat pososi pahanya yang makin mengangkang. Makin kuintensifkan fokus
permainanku pada kelentitnya. Kukecupi, kuhisap dan kutarik-tarik itilnya
dengan bibirku. “Aakkhhhh…. ssshh aahhhkkkhh enak bangat Win. Kamu apakan itil
ibu Win. Aakkkhh… aakhhhh… aaaaaahhhhh,” Rintihan dan erangan ibu makin
menjadi. Bahkan sesekali terlontar kata-kata jorok dari mulutnya.
Bisa-bisa Mbok Darmi, pembantu ibu mertuaku yang tidur di
belakang mendengar dan menaruh curiga. Maka langsung kutindih tubuh ibu dan
kusumbat mulutnya dengan mulutku. Lalu dengan tanganku, kuarahkan kontolku ke
liang sanggamanya. Kugesek-gesekkan kepalanya di bibir luar memeknya dan
kemudian kutekan. Akhirnya, … ssleseeep.. bleeessss! Tubuh ibu mertuaku
menggerinjal saat batang penisku menerobos masuk di lubang memeknya. Ia memekik
tertahan dan dicubitnya pantatku. “Ih.. jangan kenceng-kenceng nusuknya. Kontol
kamu kegedean tahu…,” kata ibu mertuaku tapi tidak dalam nada marah. Seneng
juga dipuji ibu bahwa ukuran penisku cukup gede. “Sama punya Barnas gede mana
Bu?” Ibu rupanya kurang suka nama itu disebut. Ia agak merengut. “Membayangkan
ibu disetubuhi Barnas saya cemburu Bu. Makanya saya pengin tahu,” ujarku
berbisik di telinganya. “Ibu tidak akan mengulang lagi Win. Ibu janji. Punya
dia kalah jauh dibanding kontolmu. Cersex Dengan Mertua Pesona
Memek ibu kayak nggak muat dimasuki kontolmu. Ah.. marem
banget,” jawabnya melegakan. Kembali ibu mendesah dan merintih ketika mulai
kukocok lubang nikmatnya dengan penisku. Awalnya terdengar lirih. Namun semakin
lama, saat ayunan dan hunjaman kontolku makin laju, kembali ia menjadi tak
terkendali. Ia bukan hanya merintih tetapi mengerang-erang. Kata-kata joroknya
juga ikut berhamburan. “Ah..sshh…aaahh terus Win.. ya.. ya terus coblos memek
ibu. Ah..aaahhh… sshhh enak banget kontolmu Win. Gede dan mantep banget…. aahhhh
….aaaooooohhhh…..ssshhhh,” Celoteh dan erangannya membuatku makin bernafsu.
Apalagi ketika ibu mulai mengimbangi dengan goyangan pinggulnya dan membuat
batang kontolku serasa diremas-remas di lubang memeknya. Ternyata memeknya
masih sangat legit meski terasa sudah longgar dan kendur. Erangan ibu makin
keras dan tak terkendali, tapi aku tak peduli. “Memek ibu juga enak banget.
Saya suka ngentot sama ibu. Cersex Dengan Mertua Pesona
Sshhh…. aaahh.. yaa terus goyang bu… aahh.. ya. ya
buu….aahsshhh,” Berkali-kali hunjaman kontolku kusentakkan di lubang memek ibu
mertuaku. Ia jadi membeliak-beliak dan suara erangannya makin kencang. Goyangan
pinggulnya juga terus berusaha mengimbangi kocokan kontolku di liang
sanggamanya. Benar-benar nikmat dan pandai mengimbangi lawan mainnya. Bahkan,
ini kelebihan lain yang tidak kutemukan pada diri Marni, memek ibu yang tadinya
terasa longgar otot-otot yang ada di dalamnya kini seakan hidup. Ikut bergerak
dan menghisap. Ini mungkin yang dinamakan memek empot ayam. Aku jadi ikut
kesetanan. Sambil terus menyodok-nyodokkan kontolku di lubang vaginanya, pentil
tetek kuhisap sekuatnya. Ibu mengerang sejadi-jadinya. Saat itulah kedua
kakinya melingkar ke pinggangku, membelit dan menekannya kuat-kuat. Rupanya ia
hendak mendapatkan puncak kenikmatannya.
Makanya kusumbat mulut ibu dengan mulutku. Lidahnya
kukulum dan kuhisap-hisap. Akhirnya, setelah kontolku serasa diperah cukup
kencang, pertanahanku ikut jebol. Air maniku menyemprot cukup banyak di liang
sanggamanya bercampur dengan cairan vaginanya yang juga membanjir. Tubuhku
ambruk dan terkapar di sisi wanita yang selama ini kuhormati sebagai ibu
mertua. Entah berapa lama aku tertidur. Namun saat bangun, ibu mertuaku sudah
tidak ada di ranjang tempat tidurku. Rupanya ia sedang berada di daput
membuatkan teh panas untukku setelah membersihkan diri di kamar mandi. Seulas
senyum memancar di wajahnya saat kami saling tatap sebelum aku masuk ke kamar
mandi untuk membersihkan diri.
TAMAT
0 komentar:
Posting Komentar