Sex Kilat Sama Bini Orang Di Toilet - Aku mahasiswa semester atas di sebuah universitas ternama
di kota Y, Aku berasal dari kota S, jadi bisa disimpulkan aku seorang perantau.
Saat kereta mulai bergerak aku menyegerakan tidur karena badanku sudah lelah
akibat begadang semalaman bersama teman – teman lamaku. Aku terbangun beberapa
kali selama perjalanan yaitu saat pengen kencing (dikamar kecil aku sempat
sedikit bingung karena kamar kecilnya tidak ada batang selotnya tapi akhirnya
teratasi dengan diselipin pulpen) dan saat berhenti di beberapa stasiun besar
untuk menaikkan penumpang. Saat itu seingatku di stasiun kota M naiklah pasutri
muda dan anaknya yang masih balita. Aku terperangah karena sang suami tidak
cakep dan cenderung jelek akan tetapi istrinya cantik berambut lurus panjang,
tinggi sekitar 170 cm (lebih tinggi suaminya sedikit).
Tapi yang paling membuatku shock adalah download bokep gratis meski tinggi tapi tubuhnya montok dengan payudara yang ukurannya lumayan besar, pantat yang sekal dan pinggang yang ramping bak biola spanyol.tubuh bagus itu terbungkus dengan celana panjang ketat dan kemeja agak ketat yang paduan warnanya bagus. Sesaat setelah mereka duduk dibangku sebelah bangku yang aku tempati kereta mulai kembali berjalan dan sang suami dan anak langsung terlelap seperti aku tadi setelah perjalanan dilanjutkan kembali sekitar setengah jam. Karena sang istri tinggal sendirian, aku memberanikan diri menyapa dan mengajak ngobrol. Yah sekedar basa basi agar tidak boring selama perjalanan (kebiasaanku sejak aku SMA).
“mbak, mau kekota apa?” Sambil tersenyum ramah aku
menegurnya.
“mau ke ke kota Y karena mertua sakit dik. Adik sendiri?”
Jawabnya sambil tersenyum manis.
“oh, aku juga sama mbak tapi karena aku emang kuliah di
kota Y. Oya nama mbak siapa? Kenalkan namaku Dedi” kuulurkan tangan untuk
berjabat tangan.
“aku Lily dik, ini suamiku Sandi dan anakku Reno” dia
menyambut jabat tanganku sambil memperkenalkan suami dan anaknya. Perbincangan
pun mengalir dengan hangat selama kurang lebih 1 jam karena kelihaianku
mengolah suasana. Kami juga sempat bercanda hingga dia tertawa terkikik karena
lucunya. Menurutku mbak Lily orangnya terbuka dan supel, buktinya dia tidak
marah saat leluconku mulai menjurus kearah sex bahkan dia malah membalas dengan
lelucon yang lebih menjurus. Selama ngobrol mataku sesekali melirik bongkahan
dadanya yang terlihat sedikit dari celah kemejanya yang tanpa dia sadari 1
kancingnya terbuka di bagian dada persis. Mbak Lily mulai salah tingkah dalam
duduknya (dugaanku dia terangsang) saat menjawab pertanyaanku seputar tips
menyenangkan wanita di ranjang.
Dari pertanyaan – pertanyaanku mbak Lily bukan tipe wanita
yang suka tentang variasi seks seperti oral dan anal. Tapi dia sudah beberapa
kali mencoba berbagai variasi gaya bersetubuh selama menikah 2 tahun ini.
Perbincangan terpaksa diputus dulu karena dia permisi ke kamar kecil. Niat
isengku muncul mengingat selot kamar kecil itu. Beberapa saat setelah dia
pergi, aku membuntuti kekamar kecil. Rupanya dia tidak sadar bahwa pintunya
tidak terkunci dan hanya tertutup, buktinya dia dengan santai telanjang bagian
bawah membelakangiku. Hal itu membuatku mulai terangsang, segera kubuka
resleting celana dan cd lalu keluarin si boy dari sarang. Ukuran si boy emang
biasa aja (panjang 15cm dan diameter 3,5cm) tapi lumayanlah. Kudekati mbak Lily
perlahan, saat tangan kirinyanya mau meraih celana dan cdnya kuberanikan diri
memegang tangannya dengan tangan kiriku sedangkan tangan kananku membekap
mulutnya. Dia sempat kaget tapi ketika mbak Lily menoleh siapa dibelakangnya
dia terdiam.
“mbak, jangan teriak ya kumohon. Aku hanya ingin diajari
muasin cewek dalam sex..plis…” kataku sambil menampakkan wajah memelas. Awal
mulanya dia hanya menggelengkan kepala dan tetap memberontak. Aku bisa membuat
mataku sendiri berkaca – kaca seperti mau menangis, kulakukan itu sambil terus
memohon dan pura – pura terisak. Akhirnya dia luluh dan menganggukkan kepala
lemah. Kulepaskan tanganku, “kena kau” batinku.
“Dedi udah pernah ciuman?” Tanyanya.
“sudah mbak,kenapa mbak?” Balasku dengan wajah polos.
“coba cium aku Ded” perintahnya. Aku mulai memeluknya dan
menciunmya, pada awalnya biasa saja lalu lidahku berusaha menyeruak kedalam
mulutnya dan ternyata dia membalas dengan lebih agresif. Akhirnya kupakai
teknik back door yang memanfaatkan lidahku yang panjang hingga aku bisa
mengimbanginya.
“ciuman Dedi mantap juga ya” aku hanya tersenyum pura –
pura malu.
“sekarang coba rangsang aku Ded semampumu tapi hanya
sebatas sampai leher saja” dalam hati aku bersorak.
Aku mulai menciumnya lagi lalu nonton bokep online menggerayangi dan menciumi bagian belakang telinga dan menjilati telinganya. “Aaahhg…sssttt…eeeenggghh…” desahnya saat kulakuin itu,ciumanku mulai turun ke leher.
Kujilat dan kucium leher putihnya, harum parfumnya
membuatku bersemangat. “Uuuugghh….aaaahhhh….eeemmghh….sssstttt… ded enak ded…
terus ded… aaaaaahhh…eeeeennnggghh… ded jangan ada bekasnya…” bisiknya. Aku
sadar bahwa mbak Lily takut ketahuan suaminya. Kucoba menelusupkan tanganku
kedalam bajunya saat kedua tangannya terangkat memeluk leherku.
Terlambat buat mbak Lily untuk merespon karena kedua
tanganku sudah masuk kedalam baju dan meremas – remas payudaranya dari luar BH.
Yang bisa dia lakukan hanyalah mengerang dan mendesah karena kuserang leher dan
kedua payudaranya secara bersamaan.
“Dedi…aaaaahhhhgg…kamu nakal…ssssttt….eeeennggghh…”
rancaunya tapi tanpa penolakan karena rangsangan yang mbak Lily alami begitu
kuat. Secara mendadak kuangkat bajunya sebatas leher hingga mempertontonkan 2
bongkah gunung kembar dibungkus BH kuning menyala. Beruntungnya aku karena
kancing Bhnya ada di depan. Sekilas kulihat ukurannya 36C (besar cuy…),
seketika itu pula kubuka kancing bhnya dan terpampanglah payudaranya tanpa
penutup apapun. Langsung aku kenyot putting kanannya dan kupilin – pilin
putting kirinya.
“Aaaaaaahhhh…eeeemmnggh…ded…kamu apakan
putingku…uuggghh…” erangnya sambil bersandar di dinding. “Geli
ded…aaaaaggghh…ded…cukup…ssstt…ded…enak banget…mmmnngghh..melayang aku
rasanya…aaahhh…” rancaunya makin keras.
Karena takut ada yang mendengar langsung aku cium lagi
mbak Lily dengan ganas sambil tangan kananku meremas payudara kanannya dan
tangan kiriku mengocok kemaluannya yang ternyata sudah banjir.
“mmmpphh…nnnggghh…ssslllurrpp…” yang keluar dari mulutnya yang sedang kuajak
french kiss lagi.
Kedua tangannya tidak berdaya karena terjepit punggungnya
sendiri sedang tubuh mbak Lily terjepit antara tubuhku dan dinding. Tapi
tubuhnya semakin menggelinjang kuperlakuin seperti itu. Tidak lama kemudian
kemaluan mbak Lily makin lembab, disini aku lagi – lagi memasang perangkap.
Kuhentikan semua cumbuanku hingga mbak Lily termangu. “lho ded kok berhenti?!
Jangan dong..lanjutin ya ded..aku jadi ngambang dan aneh nih rasanya..lanjutin
dong ampe mbak keluar..” Pintanya. “ya mbak..tapi sekarang boleh ya aku masukin
si boy? Dari tadi berdiri ampe sakit nih” rayuku.
Jangan ded, aku sudah bersuami…” tolaknya. “cuma digesek
– gesekin aja deh mbak enggak papa ampe aku juga keluar biar sama – sama enak.
Boleh ya mbak? Plis……” rengekku sambil mulai kembali membelai – belai
payudaranya dan tanganku satunya mengelus – elus si boy yang sedari tadi
menganguk – angguk karena sudah tegang. Mendapat serangan psikologis seperti
itu terus menerus akhirnya dia luluh. “cuma digesek – gesek aja ya ga lebih…”
pintanya sambil kududukkan dia ke kloset.
“makasih ya mbak Lily sayang” ucapku dan kukecup singkat
bibirnya sambil ku posisikan tubuhku sedemikian rupa hingga penisku terhimpit
diantara pangkal pahanya persis di mulut vaginanya (bayangin aja duduk
berhadapan dan aku terlihat seperti memangku mbak Lily dan kakinya memeluk
pinggangku sedang tubuh kami seperti berpelukan).
Aku mulai menggoyang pantatku sehinnga kemaluan kami
bergesekan. Hal ini membuat kami sama – sama merasakan nikmat. Tak lupa kami
tetap berciuman dan saling meraba. Saat kembali kuserbu lehernya, mbak Lily
mulai mendesah dan merancau lagi. Desahannya makin sering saat kumulai
menggesek dengan cepat. Hal ini membuatku semakin terangsang dan ingin segera
memasukkan penisku kedalam hangatnya liang vaginanya.
Saat asyik saling menggesek hingga kurasakan cairan
vaginanya makin membanjiri penisku, tanpa mbak Lily sadari kumasukkan penisku
secara mendadak dan cepat hingga mentok. Ugh meski sudah pernah melahirkan tapi
vaginanya masih ketat menjepit penisku. Kelihatannya leher rahimnya dangkal,
buktinya pangkal penisku masih diluar sekitar 1-2cm saat kurasakan ujung
penisku membentur bagian terdalam vaginanya.
“aaaaauuuuhhh….ded kok dimasukin??!! Cabut ded!! Aku udah
bersuami!!” Perintahnya tapi tak ku gubris dan malah melanjutkan menggonyang
pantatku sehingga penisku mulai bergerak menikmati jepitan kuat, hangat dan
lembab vaginanya sambil menciumnya agar tidak bisa berteriak. Posisiku yang
sedikit menindih mbak Lily membuatnya tidak bisa berkutik. Pada awalnya mbak
Lily terus meronta, tapi karena kondisinya yang mendekati orgasme saat
kumasukkan penisku membuat mbak Lily akhirnya menyerah dan malah menikmati
goyanganku. Kugoyang pantatku dengan semangat dengan beberapa variasi goyangan.
Kadang maju mundur, kadang kiri kanan, kadang memutar. Hal ini membuatnya
semakin melayang. “auuuhh…ded..kamu apakan vaginaku?? Enak banget…
eeemmmggghhh…sssttt…ded…aku udah ga tahan… aaaahhh…aku ingin keluar…” rintihnya
kira – kira 15 menit setelah kemasukan penis. “keluarin saja mbak Lily
sayang…enggghh..vagina mbak enak sekali..” Pujiku sambil mempercepat
goyanganku.
“Ded…aku keluar sayang!!! Aaahhhh..enggghh… ssssttt..uuunngghh..”
Lenguhnya menikmati orgasme panjang yang dirasakan. Suuurrr….Suuuurrrr.. Penisku
merasakan siraman air surganya. “ded..nikmat sekali sayang…makasih ya..aku baru
kali ini merasakan orgasme karena bersetubuh..suamiku hanya peduli diri
sendiri..kamu belum keluar ya??” Ucapnya sambil kembali menciumku. “sebentar
lagi mbak… masih boleh kan kugoyang??” Tanyaku. “boleh dong sayang…kamu sudah
membuatku melayang…sekarang nikmati tubuhku semaumu…tapi sekarang kamu yang
duduk ya ded…” katanya sambil berganti posisi. Mbak Lily sekarang duduk
dipangkuanku berhadapan. “sekarang biar mbak yang puasin kamu sayang… Dedi haus
ga??? Mau minum susu??” Tanyanya sambil menyodorkan payudaranya untuk kukenyot
lagi sembari mulai menggoyang pantatnya maju mundur. Ternyata mbak Lily
membalas perlakuanku kepadanya yaitu dengan merubah arah goyangan pantatnya.
Aku hanya menikmati itu semua sambil menjilati dan ku kenyot payudaranya serta
mendesah sesekali di telinganya. Hal ini membuat mbak Lily makin bersemangat
dan kembali terangsang.
“Aaaahhh…ded….penismu enak
sekali..uunggghh…eemmmhhhgg…”rancaunya. “vagina mbak juga enak…ssssttt…. Aahh…mbak..enak
mbak… bentar lagi…” rintihku yang disambut makin menggilanya goyangan mbak
Lily.
Tak lama kemudian aku yang hampir mencapai puncak
merasakan bahwa mbak Lily juga merasakan yang sama karena vaginanya makin ketat
menjepit penisku dan rintihannya makin sering dan merangsang. ” ded…aku ingin
keluar lagi…enak banget ded…aaahhh…sssttt..” Baru saja mbak Lily berkata
seperti itu aku sudah tidak tahan ingin orgasme.
“mbak aku keluar!!! Aaaahhh…..eeengggghh…ssstttt…uuungggghh…”
lenguhku mengiringi muncratnya spermaku kedalam rahimnya. Merasakan semburan
lahar panasku membuat mbak Lily juga orgasme. “aaahhh… ded!!!! Aku keluar
sayang!!!” Segera saja kami kembali berciuman dengan rakus sambil menikmati
orgasme berpelukan.
Selama beberapa saat kami terus berciuman hingga akhirnya
melepaskan pagutan mesra kami. Mbak Lily berbisik “terima kasih ya sayang…Dedi
sudah membuatku menikmati surga dunia yang belum pernah kurasakan.” “mbak ga
takut hamil karena aku keluar didalam???” Tanyaku ragu. “tenang saja…aku sedang
tidak subur…” ucapnya tersenyum dan menciumku singkat. Lega rasanya mendengar
hal itu hingga akupun tersenyum dan membalas dengan meremas gemas payudaranya
sejenak. Kami cepat cepat merapikan pakaian dan keluar dari kamar mandi
bergantian lalu duduk kembali di kursi masing – masing. Suami dan anaknya masih
tertidur pulas padahal saat itu kulihat sudah memasuki kota Y. Kami saling
berpandangan dan tersenyum. Mbak Lily kemudian memberikan nomer handphonenya
kepadaku dan berkata “kapan – kapan lagi ya” sambil mengedipkan mata. Kujawab
dengan senyuman dan kami berpisah di stasiun kota Y
0 komentar:
Posting Komentar