Putus Cinta Dan Bercinta - Nama saya Asep (Bukan nama
sebenarnya), saya asli anak kampung lahir dilereng pegunungan Bandung Barat
(Jawa Barat). Kisah nyata ini berawal sejak saya masuk PSD1 (Pendidikan Setara
Diploma) di Bandung, nama gadis itu Lilis (Bukan nama sebenarnya), kelahiran PB
(RIAU) yang dikirim orangtuanya ke Bandung untuk menuntut ilmu.
Singkat cerita setelah kenal selama kurang-lebih tiga bulan,
saya dengan Lilis pulang dari kuliah bareng seperti biasanya. Sebelum pulang
Lilis meminta saya untuk mencium keningnya (Jelas saya lakukan, saya cinta).
Tiba-tiba setelah saya melangkahkan kaki beberapa langkah,
tiba-tiba Lilis memanggilku,
“Asep..
kesini bentar”, langkahku terhenti dan membalikan badan untuk menghampirinya.
Serta dia berbisik,
“Kedalam aja dulu yuk.., di dalam nggak ada siapa-siapa”, saya berhenti sejenak
lalu masuk.
Di rumahnya hanya bertiga (Kakaknya, Lilis, dan Adiknya).
Kemudian
saya dipersilakan duduk kemudian Lilis berkata,
“Sebentar
yach saya ganti baju dulu.” 3 menit kemudian Lilis datang dengan membawa air
minum dan duduk di samping saya.
Kemudian dengan sedikit keberanian saya mencium bibir Lilis, dia
hanya tertunduk malu sambil berkata
“Ich..
Asep jangan gitu ach..” dan pipinya memerah menambah kecantikannya.
Saya
bilang,
“Lilis..
kamu cantik dech kalau pipi kamu merah..” lalu Lilis menyubit pas di kemaluan,
saya sedikit teriak
“Aduh.. sakit donk.” Kemudian Lilis langsung memegang kemaluan saya dan berkata,
“Coba saya lihat..” sambil membuka retsleting celana saya.
“Jangan ach malu..” kata saya.
Tanpa memikirkan hal apapun saya merelakan kemaluanku dilihat
sama Lilis, Lilis bilang
“Bagus
yach.. gede dan rada bengkok.” Saya bilang
“Lilis.. kamu mau?” tanpa menjawab ia hanya merebahkan badannya di kursi
panjang tempat saya duduk, tanpa berpikir panjang saya lalu menindih dia, saya
ciumi dia, saya buka kancing bajunya dan saya buka juga BH-nya.
Susunya
masih kecil seukuran dengan kepalan tangan. Saya julurkan lidah saya diputar ke
kiri dan kanan, ke atas dan ke bawah untuk memainkan puting yang masih kecil.
Payudaranya semakin lama semakin mengeras dan kepala saya semakin ditekan ke
payudaranya, sambil memanggil-manggil nama saya
“Terus.. Sep, terus Sep.., nikmat.. sekali Sep” dan terdengar
desahan kecil
“aacchh..” barengan itu pula saya ingin ke belakang, rasanya kepingin pipis,
sambil mengangkat kepala dari payudaranya.
Saya
bertanya berbisik
“Ech..
kamar kecilnya dimana”, dia menjawab sambil mengangkat tangannya menunjukan
arah,
“Masuk ke situ.. lurus lalu belok kanan”, tanpa berpikir panjang saya langsung
lari ke kamar kecil dan keluarlah “cairan perjaka” yang pertama.
Tanpa
sepengetahuan saya Lilis ternyata mengikuti dari belakang, lalu masuk ke kamar
kecil itu dan bertanya sambil melihat kemaluanku,
Cerita
Sex Putus Cinta “Sep.. kamu kok tiba-tiba lari, kenapa?” Aku hanya terdiam dan
aku tak tahu apa yang terjadi, badanku terasa lemas seperti yang sudah menempuh
perjalanan jauh.
Kemudian
Lilis membuka baju dan BH-nya yang sudah terlepas tadi.
“Mandi
ach..” Lilis bilang, tanpa rasa malu dia membuka seluruh pakaiannya di depan
saya dan di gantungkannya di paku dinding kamar mandi.
Kemudian
saya berpikir
“Apa
yang sedang saya lakukan?”, Lilis dengan tiba-tiba sangat bernafsu menciumi
bibir dan leher saya, serta tangannya yang terampil mengocok kemaluan saya yang
dari tadi nongol dari retsleting yang belum saya tutup sampai terasa ngilu
Tangan Lilis yang sebelah kiri memegang pundak saya dan tangan
yang sebelahnya lagi tangan kanan menuntun kemaluan saya yang tadi
dikocok-kocok untuk dimasukan ke dalam vaginanya.
Lilis
berbisik,
“Sep..
kok nggak masuk-masuk..”, saya bilang
“Nggak tahu atuh, saya nggak bisa memasukannya, kayaknya terlalu sempit nich..”
Lalu Lilis berbisik,
“Kita pindah saja yuk kekamar, biar nggak susah”, sebelum kaki melangkah kami
dikejutkan oleh bunyi bel pintu depan “Ding-Dong” (Waduh kagetnya minta ampun,
jantung rasanya nggak karuan).
Kami berdua saling bertatapan sejenak, download bokep gratis kemudian dengan spontan Lilis meraih baju, BH serta CD-nya yang digantung di paku, saya langsung lari ke depan untuk membuka pintu, ternyata yang dateng orangtuanya dari Riau (kakaknya ternyata jemput orangtuanya dari Airport).
Pas buka pintu langsung kakaknya bertanya,
“Dimana si Lilis, kok nge-bel dari tadi nggak di buka-buka
pintunya, lagi pada ngapain sich kalian?” Saya menjawab “Dari tadi Lilis ada
dibelakang, saya disini.. lalu Lilis teriak meminta agar saya membukakan
pintunya, maafkan saya kak.., karena saya selaku tamu di sini tidak ada hak
untuk membuka pintu tanpa seizin tuan rumah. Dan saya kira tadi bukan kakak,
jadi tidak saya buka.” Kemudian sambil masuk ke dalam kakaknya bergumam,
“Ach.. dasar kamu pintar cari alasan.”
Setelah
itu orangtuanya Lilis berbincang-bincang dengan saya (Interogasi), tanya
asal-usul, orangtua, pekerjaan orangtua, rumah, pokoknya segalanya. Dan saya
jelaskan semuanya, saya di Bandung ini sejak masuk SMP (yach.. inilah nasib
anak kampung).
Kemudian
terdengar suara ibunya memarahi Lilis,
Cerita
Sex Putus Cinta “Ngapain kamu pacaran sama anak kampung gitu.., mau diberi
makan apa kamu sama dia, pokoknya Mama nggak setuju kamu berhubungan sama dia.”
Beberapa menit kemudian Lilis datang dengan mata berkaca-kaca, merah tanda mau
menangis dan ia meminta saya untuk meninggalkan rumah itu.
Tidak
banyak berkata saya langsung pulang tanpa pamit dan saya mengerti, serta
mendengar apa yang ibunya bilang.
Waktu
itu menjelang pukul 18:00, aku pulang ke rumah dengan 1001 pikiran dan
pertanyaan, mengapa hal ini terjadi pada saya? Di tempat tidur kira-kira pukul
19:25 saya melamun memikirkan apa yang sudah saya alami siang tadi.
Tiba-tiba
terdengar ketukan pintu sambil mengucapkan “salam”, dalam pikiranku “perasaan
saya hafal suara itu” pas saya buka ternyata Lilis datang dengan wajah dan
rambut lusuh dibasahi dengan keringat dan air mata, kemudian tanpa banyak
bicara saya peluk, saya cium keningnya dan saya minta untuk menceritakan kenapa
bisa begini.
Sambil
tersedu-sedu Lilis menjelaskan semuanya, bahwa setelah saya pulang Lilis
bertengkar hebat dengan orangtuanya, lantas ia minta izin untuk tidur di rumah
temannya yang bernama Ina (bukan nama sebenarnya, yang sudah ia hubungi). Jika
ortunya telepon bilangin Lilis ada disini, tapi sudah tidur, padahal sebenarnya
Lilis ke rumah saya “Dengan dalih nginap dirumah Ina.”
Kemudian
saya siapkan air hangat, saya bikin nasi goreng dan saya siapkan juga baju
piyama (maklum saat itu ortu masih di kampung dan rumah itu hanya cukup buat
sendiri, jadi apa-apa melakukan sendiri).
Kemudian
kami makan nasi goreng yang saya buat, lalu Lilis mengeluarkan air mata lagi.
Saya
bilang,
“Sudah
dong ach.., jangan nangis lagi..” lalu Lilis berkata,
“Sep.., saya minta maaf atas omongan dan perlakuan orang tua saya terhadap kamu
tadi siang.”
Saya bilang,
“Walaupun
saya marah sama orang tua kamu, tapi kalau melihat kamu senyum saya nggak bisa
marah lho..” sambil sedikit merayu.
Sampailah
pada pukul 21:00, kita berdua pergi ke kamar rasanya lelah sekali, saat itu
Dunia Dalam Berita, Lilis meminta saya untuk memeluknya dan berkata “Sep.. apa
yang bisa membuat kamu percaya bahwa saya betul-betul sayang sepenuhnya sama
kamu”, lalu saya berkata berikanlah “kesicuan” kamu, setelah kau berikan baru
saya akan percaya.
(Perlu
pembaca ketahuai, bahwa saya belum pernah mencium “bau” wanita sebelumnya,
mungkin karena saya tertutup atau karena saya masuk STM (Sekolah Teknik
Menengah)dan teman-teman saya tidak ada perempuannya, hanya omong yang besar yang
ada kalau membicarakan masalah wanita). Tapi setelah permintaan itu Lilis hanya
berdiam saja, tanpa banyak komentar saya pegang payudaranya, kemudian saya buka
kancing baju piyamanya serta celana dan CD-nya.
Lilis seolah-olah pasrah dengan apa yang saya lakukan, nonton bokep online kemudian saya mengulangi yang siang tadi saya lakukan. Saya hisap puting payudaranya, kemudian saya mainkan dengan lidah, lalu menyusuri leher, perut, tali pusar terus sampai bawah ke “hutan homogen” yang belum begitu banyak tumbuh bulu.
Dia
tertawa manja sambil memanggil,
“Sep.. jangan geli Sep.., ich.. Asep.. kamu apa-apaan geli
ach..” Saya berhenti sejenak dan saya tatap matanya yang penuh gairah, lalu
saya berkata “Tapi kamu suka khan..” ia cuma mengangguk sambil tersenyum.
Lantas
saya lebih gila, saya jilati daging yang ada di dalam bibir “Goa” yang sempit
itu, Lilis semakin ganas dan liar, dengan keras ia mendorong-dorong kepala saya
ke lubang “Goa” sambil menikmati jilatan lidahku. Lalu Lilis meminta saya untuk
memasukan penis saya ke dalam “Goanya”, kemudian saya membuka celana dan CD
saya, saya berikan penis saya yang lumayan gede dan agak bengkok ketangan Lilis
lalu di masukannya penis saya ke vaginanya.
Mulanya
susah masuk, tapi atas kegigihan dan bantuan tangan Lilis akhirnya bisa masuk
“Blessh”
terdengar sedikit rintihan Lilis
“Sakit Sep.., sakit.” Saya berpikir “Baru saja 1/2 yang masuk sudah begini..,
bagaimana kalau semuanya masuk”,
kemudian
saya perlahan-lahan menaik-turunkan pinggang saya berkali-kali, sambil
memasukan penis saya lebih dalam lagi, tidak terdengar rintihan hanya
bisikan-bisikan mesra yang meminta agar saya memperdalam “galiannya”, saking
begitu nikmatnya Lilis memejamkan kedua matanya dan meminta lebih dalam lagi
“Sep..,
terus Sep.., lebih dalam lagi.., terus..” beberapa saat kemudian terasa badan
saya mengejang dan saya memeluk tubuh Lilis, tiba-tiba mata Lilis terbuka dan
bertanya,
“Ada apa Sep.., kok kamu berhenti.. ech.. apa ini, kok terasa seperti ada yang
menembak ulu hati saya”, lalu dia berkata lagi
“Sep.., tapi nikmat terusin dong.., ayo dong..” Kemudian saya coba untuk
mengangkat penis saya tapi terasa ngilu sekali sampai saya “nyengir”.
Lilis
bertanya,
“Sep..
kenapa, sakit?” Saya jawab,
“Tidak..” Dan saya mulai menaik-turunkan pinggang untuk melanjutkan permainan
walaupun ada rasa ngilu.
Beberapa
menit Lilis meminta mempercepat tempo gerakan
“Cepatin
dikit..” sambil memegang pantat saya dan akhirnya ia mengejang kurang lebih 6
detik sambil memeluk erat badan saya dan melepaskan napas yang sepertinya
tertahan dari tadi, perasaan lemas dan ada sesuatu yang sepertinya membuat saya
menyesal, tapi apa yach (saya berpikir) apakah karena saya telah melakukan ini
atau ada perasaan takut?
Akhirnya kami tertidur lelap, pagi harinya setelah kami mandi
kemudian sarapan dan bersiap-siap berangkat ke kampus, Lilis memberitahukan
bahwa dirinya telah dijodohkan oleh ortunya di Riau dengan anak pengusaha.
Katanya
“Sep..,
saya betul-betul minta maaf, bukan maksud Lilis menyakiti kamu, karena setelah
kuliah kita nanti selesai, mungkin kita tidak akan bertemu lagi sebab, saya
harus kembali ke Riau dan menikah dengan lelaki pilihan ortu Lilis.”
Waktu
itu juga saya seperti tidak ada tenaga, lemas, menyesal campur marah. Saya
menangis dan berkata,
“Mengapa..,
Lilis.., mengapa kau lakukan ini semua, kalau seandainya saya tahu kamu sudah
dijodohkan dengan pilihan ortu kamu, saya tidak akan menyentuh bahkan tidur dan
melakukan di luar batas-batas kewajaran dengan kamu? lantas apa yang harus saya
lakukan.”
Dia
menjawab dengan berlinang airmata
Cerita
Sex Putus Cinta “Sep.., saya sayang sama kamu.., saya rela “Kegadisan” saya
diberikan kepadamu dan saya bangga bisa memberikan sesuatu yang berharga pada
diri saya dan berarti untuk orang yang saya sayangi dan saya cintai, saya mohon
setelah kejadian ini kamu harus bisa melupakan saya, waktu semalam sayakan
bertanya, apa yang membuat kamu percaya bahwa saya sayang sama kamu, kamu kan
yang mengiginkan semua ini?” Saya bantah,
“Tapi kenapa kamu tidak bilang bahwa kamu sudah dijodohkan dengan orang kaya
pilihan ortu kamu?” Ia jawab lagi, “Pokoknya kamu tenang saja Sep.., dan saya
juga sekarang akan berusaha untuk melupakan kamu kok..? izinkanlah saya untuk
pergi. Saya mau pulang sekarang”, Saya tidak menjawab, ia mencium bibir saya
dan berkata
“Saya sayang kamu kok” saya bentak Lilis
“Jika kamu sayang kepada saya.., tinggalah bersama saya.” Lilis tersenyum manja
dan berkata,
“Jika saya menikah dengan kamu.., kamu mau memberi makan apa..” Rupanya Lilis
memancing supaya saya benci dan kesal terhadap dia, tapi aku nggak bisa marah,
hanya menangis, lalu ia duduk dan berkata lagi
“Maafkan saya Sep.., bukan itu masalahnya.., bukan kamu nggak bisa memberi makan
saya dan saya yakin serta percaya kamu bisa membahagiakan saya, tapi yang jadi
tujuan utama hidup saya, saya ingin membahagikan orang tua saya, biarlah saya
berkorban, walaupun kita melanjutkan hubungan kita ini dan tanpa restu orang
tua.., pasti kita tidak akan bahagia (kualat).
Sejak
itu saya sadar, hatinya memang suci, ingin membahagiakan kedua orang tuanya dan
menikah dengan “lelaki kaya” serta ia rela berkorban walau harus kehilangan
“mahkotanya” demi seseorang yang sayanginya.
Para
pembaca sekalian.., itulah kisah nyata yang menimpa saya sebagai anak kampung..
Cerita ini dulu saya alami 4 tahun yang lalu. Dan kemarin bulan September 1999,
saya dengar dari teman bahwa dia melahirkan seorang bayi perempuan dan kenangan
saya sewaktu bersamanya terbayang kembali. Ingin saya menengok Lilis, tapi saya
takut merusak kebahagiaan rumah tangga mereka.
Saya
merasa bersalah, merasa dibohongi, saya merasa ditipu. Mungkin setelah saya
berbagi kisah nyata ini, beban dan rasa bersalah saya bisa sedikit berkurang.
0 komentar:
Posting Komentar